Sunyi, tidak pernah menolak orang-orang yang ingin menepi. Tempat untuk mengungsi, dari ramai yang mengoyak nurani. Ketika dunia sedang tidak ramah, atau bisa diajak peduli. Di sanalah orang-orang sepertiku diasuh, juga diajari cinta kasih. Saat sepasang orang terkasih yang aku miliki, sepakat memilih untuk mengambil langkah untuk ditempuh sendiri-sendiri.
Melodi sendu, dawai yang merayap masuk ke relung hati. Menyakiti dengan cara yang lain, mengundang mendung di pelupuk mata. Terkecap pahit oleh jiwa, sesak terasa di dada. Di antara suara berisik hujan yang jatuh, kulihat wajah yang berparas teduh. Batinku berkeluh, lihatlah aku yang berusaha menggapai sesuatu yang tidak bisa aku raih.
Karena sejatinya, mereka yang hatinya telah lebih dulu terikat oleh kesunyian, memang bukanlah perkara yang mudah untuk dihadapi, apalagi dimiliki. Terlalu akan mematahkan hati. Pendek cerita, segala yang terukir pun selesai. Pahat yang digunakan menumpul, kayu-kayu bahannya ukiran tidak lagi dapat terkumpul.
Selama apa pun kebersamaan dengan orang terkasih, perpisahan membuatnya terasa singkat. Tentang sunyi, kini pada kesendirianlah diriku kembali ter miliki. Sendunya melodi, samar-samar aku dapati bayang di tengah hujan yang menari. Harap hati berbunyi, di mana pun mereka pergi, semoga bahagia menyertai.