Ketika sunyi datang menyelimuti hati, saat itulah rindu mulai perlahan menyusup melalui hembusan angin, membangkitkan memori yang lama terkubur. Rindu itu begitu halus, namun semakin kuat seiring waktu berjalan. Ia datang tanpa peringatan, menarikku kembali ke masa lalu, saat segalanya terasa lebih dekat, lebih hangat. Ada dorongan yang tak tertahan untuk menjelajahi segala hal tentang dirimu, menelusuri kembali setiap momen yang pernah kita bagikan bersama, meskipun kini hanya tinggal kenangan.
Langkah demi langkah, aku berjalan menyusuri lorong waktu yang seakan tak berujung. Setiap jejak yang pernah kita lalui terasa begitu nyata, seolah aku bisa kembali merasakannya. Aku ingat bagaimana jari jemarimu pernah begitu erat aku genggam, memberiku rasa nyaman dan ketenangan. Lengkungan senyummu yang selalu menghiasi wajahmu masih tersimpan dengan jelas dalam ingatanku, seolah itu baru terjadi kemarin. Semua itu kini hanya menjadi serpihan kenangan yang kupegang erat di tengah rindu yang tak kunjung padam.
Rindu ini tak mengenal batas. Ia mengudara bebas, melayang-layang, mencari pemiliknya—mencarimu. Setiap sudut kisah kita kutelusuri kembali, berharap menemukan petunjuk bahwa mungkin, hanya mungkin, kau juga merasakannya. Aku menerka-nerka, adakah dirimu di sana? Apakah di balik kesibukanmu, ada saat-saat di mana kau mengenangku? Atau adakah detik di mana kau juga terseret dalam rindu yang sama? Namun kenyataan tak pernah memberikan jawaban pasti, hanya menyisakan ruang hampa yang semakin luas.
Aku pun tak tahu, apakah rindu ini akan menemukan jalannya kembali padamu, ataukah ia akan terus menjadi rasa yang tak bertuan. Setiap harapanku, setiap doaku, berakhir dalam kesenyapan yang membuatku bertanya-tanya: apakah ada balasan untuk rasa ini, atau apakah aku hanya akan tetap berada di tengah hampa, menggenggam rindu yang tak pernah sampai? Mungkin saja, pada akhirnya rindu ini tak lebih dari sebuah perasaan yang harus kupeluk sendirian, tanpa pernah terjawab.
Namun, meski begitu, aku tak pernah bisa memadamkan rindu ini sepenuhnya. Ia hadir bukan untuk sekadar bertanya apakah kau akan kembali, melainkan sebagai pengingat akan indahnya saat-saat yang pernah kita miliki. Meskipun kini kita tak lagi bersama, rindu ini adalah bagian dari diriku, sepotong hati yang masih merindukanmu, meski tak tahu apakah kau merasakan hal yang sama.