Jika pada akhirnya aku tak cukup baik untuk bersamamu,
ingatlah bahwa dahulu pernah ada seseorang yang mencoba membenahi hidupnya,
hanya untuk bisa berdiri seimbang dengamu. Sejajar di sampingmu, meskipun pada
akhirnya ia tak pernah berhasil. Dan membiarkannmu terjamah oleh cinta yang
lain, adalah kerelaan yang ia terima dengan senyum yang dipaksakan.
Perihal melepasmu, mungkin bukanlah
sesuatu yang mudah baginya. Namun karenamu, ia mengerti banyak hal akhirnya. Apa
itu bersabar, bagaimana rasanya mencintai, seperti apa bahagianya ketika
seseorang itu juga dicintai kembali, tentang hati yang patah, harap yang entah,
dan mimpi yang akhirnya berentah.
Meskipun tak lagi terhitung telah
seberapa sering dirinya merayu Tuhan agar disandingkan denganmu, kelapangan hatinya
yang telah terbiasa dicuci oleh air mata derita, pada akhirnya membuatnya
menjadi manusia yang tak sampai membenci takdir yang telah digariskan untuknya.
Dirinya paham bahwa tidak setiap hal
yang diinginkan oleh hati manusia, adalah apa yang akan selalu terpenuhi juga
nantinya. Ada kalanya, pertemuan bukanlah untuk penyatuan, melainkan untuk
sebuah pengajaran. Bahwa terkadang untuk mencintai, sebagian orang tak diharuskan
memiliki. Tidak setiap dari rasa cinta juga itu juga bisa mati meski telah
dibunuh berkali-kali. Dikurung atau bahkan dikubur dalam ruang sunyi dengan
waktu yang begitu lama.
Dan untuk cinta yang sungguh, tak
selalu harus utuh. Ada saat di mana kita akan diuji oleh sang pemilik hati, antara
kebahagiaanmu sendiri atau dia yang kau cintai, dan membiarkan cintamu pergi,
adalah satu-satunya pilihan yang nantinya tak akan terealisasi. Setidaknya,
karenamu aku menjadi seseorang yang jauh lebih baik lagi.
Dan andai bila aku benar-benar
melepasmu, ingatlah bahwa orang ini pernah menjadikanmu sebagai rumahnya. Meskipun
hanya singgah dan menumpang untuk sementara. Namun ia, sudah cukup berbahagia.